Seputar Indonesia

Senin, 22 Januari 2018

Mengapa? Jalan Kaki Sulit Membudaya di Jakarta



Masih segar dalam ingatan, sebuah riset menyebut penduduk Jakarta paling jarang jalan kaki. Walau hanya didasarkan pada perhitungan jumlah langkah dari sebuah aplikasi pencatat kebugaran, temuan ini diyakini banyak benarnya.

Faktanya, berjalan kaki di Jakarta sering terkendala kurangnya fasilitas. Beberapa ruas jalan tidak memiliki trotoar yang nyaman, dan beberapa yang lain dikuasai oleh pedagang maupun dijadikan area parkir.

Deddry Herlambang, pendiri Koalisi Pejalan kaki membenarkan hal itu. Menurutnya, trotoar yang kurang ideal menjadi alasan banyak orang enggan berjalan kaki di Jakarta.

"Ukuran trotoar itu idealnya dua meter lebarnya karena diukur dengan panduan orang disabilitas, jadi harus bisa dua kursi roda di satu trotoar," ujar Deddy kepada detikHealth, Senin (22/1/2018), saat ditemui di peringatan hari pejalan kaki di Tugu Tani, Jakarta Pusat, baru-baru ini.

Dengan tersedianya trotoar yang nyaman, Deddy meyakini orang akan nyaman berjalan kaki. Ia mencontohkan, di pedesaan orang-orang berjalan kaki puluhan kilometer tanpa ada masalah.

Untuk mengatasi cuaca Jakarta yang terik, Deddy menyarankan agar ada pohon di area trotoar. Walaupun, diakuinya trotoar bukan satu-satunya masalah yang membuat kaum urban makin enggan jalan kaki.
"Mungkin kalau bicara ke masyarakat urban memang banyak faktor yang membuat mereka enggan berjalan kaki, seperti adanya kemudahan transportasi online," pungkas Deddy.

Bagi kesehatan, jalan kaki merupakan aktivitas fisik yang paling simpel dan bermanfaat. Organisasi kesehatan dunia (WHO) menyebut, idealnya seseorang melakukan aktivitas fisik dengan intensitas sedang kurang lebih 30 menit tiap hari untuk menjaga kebugarannya.

Masih segar dalam ingatan, sebuah riset menyebut penduduk Jakarta paling jarang jalan kaki. Walau hanya didasarkan pada perhitungan jumlah langkah dari sebuah aplikasi pencatat kebugaran, temuan ini diyakini banyak benarnya.

Faktanya, berjalan kaki di Jakarta sering terkendala kurangnya fasilitas. Beberapa ruas jalan tidak memiliki trotoar yang nyaman, dan beberapa yang lain dikuasai oleh pedagang maupun dijadikan area parkir.

Deddry Herlambang, pendiri Koalisi Pejalan kaki membenarkan hal itu. Menurutnya, trotoar yang kurang ideal menjadi alasan banyak orang enggan berjalan kaki di Jakarta.

"Ukuran trotoar itu idealnya dua meter lebarnya karena diukur dengan panduan orang disabilitas, jadi harus bisa dua kursi roda di satu trotoar," ujar Deddy kepada detikHealth, Senin (22/1/2018), saat ditemui di peringatan hari pejalan kaki di Tugu Tani, Jakarta Pusat, baru-baru ini.

Dengan tersedianya trotoar yang nyaman, Deddy meyakini orang akan nyaman berjalan kaki. Ia mencontohkan, di pedesaan orang-orang berjalan kaki puluhan kilometer tanpa ada masalah.

Untuk mengatasi cuaca Jakarta yang terik, Deddy menyarankan agar ada pohon di area trotoar. Walaupun, diakuinya trotoar bukan satu-satunya masalah yang membuat kaum urban makin enggan jalan kaki.
"Mungkin kalau bicara ke masyarakat urban memang banyak faktor yang membuat mereka enggan berjalan kaki, seperti adanya kemudahan transportasi online," pungkas Deddy.

Bagi kesehatan, jalan kaki merupakan aktivitas fisik yang paling simpel dan bermanfaat. Organisasi kesehatan dunia (WHO) menyebut, idealnya seseorang melakukan aktivitas fisik dengan intensitas sedang kurang lebih 30 menit tiap hari untuk menjaga kebugarannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

voyeur porn porn movies sex videos hd porno video